Virus Covid-19 yang berbahaya tidak dapat dianggap sebelah mata. Perlu kewaspadaan untuk menghindari bahaya yang mengancam. Physical distancing dianggap salah upaya untuk menghambat penularan covid-19. Karena bersin dan batuk dari penderita covid-19 diduga mampu menyebarkan virus lewat udara. Berdasarkan pernyataan yang diunggah kompas.com, "Virus ini ditularkan melalui tetesan, atau sedikit cairan, sebagian besar melalui bersin atau batuk," kata Kepala Unit Penyakit Emerging dan Zoonosis WHO, Dr Maria Van Kerkhove. (18/3/202). Kewaspadaan yang mudah sekali terlihat dari sikap orang-orang yang menatap orang bersin dan batuk dengan pandangan beda. Banyak anggapan bahwa orang besin dan batuk, mungkin terkena Covid-19. Rasa takut begitu terihat , ingin segera membersihkan diri seperti cuci tangan, mandi, membersihkan tangan dengan mengunakan hand sanitizer dan menghindari orang batuk tersebut.
Individualisme manusia untuk menyelamatkan diri begitu terlihat saat adanya Covid-19 ini. Perilaku panic buying pun dilakukan dengan memborong banyak kebutuhan bahan pangan dan bahan pelindung diri. Dengan perilaku panic buying, orang lain kesulitan untuk mendapatkan bahan kebutuhan. Orang hanya berfikir bahwa yang terpenting adalah diri dan keluarganya sehat, ya itu perlu, semua orang pasti menginginkan kesehatan, namun minim sekali yang berpikir bahwa selain dirinya, orang lain harus sehat, terutama orang yang tinggal dilingkungan sekitar kita sehat dan kebutuhannya terpenuhi.
Tindakan irasional lainnya, yaitu panic buying. Panic buying menjadi respon masyarakat untuk tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari – harinya, dan ini justru malah membuat berbagai harga kebutuhan melonjak tinggi dan menjadi langkah karena adanya penimbunan ilegal.
Adanya physical distancing membuat perekonomian masyarakat melemah, terutama masyarakat yang kurang mampu, seperti dilansir pada laman kolom.tempo.co “Ketahanan masyarakat berkaitan dengan kemampuan dari masyarakat untuk dapat menggunakan sumber daya yang tersedia (seperti, teknologi, makanan, pekerjaan, dan rasa aman-nyaman) dalam memenuhi kebutuhan dasar dan menjalankan fungsi sosialnya. Namun kondisi saat ini justru menjadikan ketahanan masyarakat mengalami kerentanan sosial. Kerentanan sosial membuat produktivitas menurun, mata pencarian terganggu, dan munculnya gangguan kecemasan sosial di masyarakat (seperti kepanikan).”
Disituasi pandemi seperti ini manusia harus saling menguatkan, harus saling bantu membantu, bergotong royong untuk melawan Covid-19 dan untuk tetap bertahan hidup. Yang memiliki kelebihan seperti halnya bahan pangan dapat berbagi kelingkungan sekitar yang lebih membutuhkan. Untuk Bertahan hidup tidak perlu panik cukup memanfaatkan apa yang ada di sekitar.
Editor:Rousyati